ASSALAAMUALAIKUM WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH

"Sugeng Makempal wonten Laman Blog Kula {E_Ponk}"

Senin, 15 Agustus 2011

“HAKIKAT BAHAGIA”

Bahagia itu dari dalam diri
Kesannya zahir rupanya maknawi
Terpendam bagai permata di dasar hati

Bahagia itu ada pada hati
Bertahta di kerajaan diri
Terpendam bagai permata di lautan nurani

Bahagia itu ada di jiwa
Mahkota di singgasana rasa
Bahagia itu adalah ketenangan

Bila susah tiada gelisah
Bila miskin syukur pada Tuhan
Bila sakit tiada resah di jiwa
Bukankah Tuhan telah berfirman
Ketahuilah dengan mengingati
Allah jua kan menjadi Kawan

Kebahagiaan itu suatu kesyukuran
Bila kalian jadi insan pemurah
Bila berkuasa amanah dan
Bila Berjaya tidak alpa
Bila sihat tidak lupakan Tuhan
Hakikat bahagia itu adalah ketenangan
Bila hati mengingati Tuhan

Semua insan kan mengerti
Maksud kesegi Illahi
Itullah fikir yang hakiki

Bahagia itu adalah suatu “KESABARAN”
{by UNIC}

***

Assalamualaikum wr.wb..,
               
                Kaif khaalak, ya akhi ya ukhti..,?? {gayane yang lage belajar “mberangkang” ala Arabian, hehehe.., mohon maklumi kalo banyak salah iya?? Masih perlu bimbingan banyak, wish..,}

Marhaban.., & semoga rasa happy selalu menjadi milik Anda tentunya.

                Berbincang masalah “happiness”, banyak mengingatkan saya akan kenang-kenangan indah semasa kecil dahulu. Eeemmm.., kala itu Epi kecil yang sedang bercokol “hijau muda sekali” punya satu hobby unik sekaligusss.., “sedikit kurang AJAR” hehehe.., { mo tauK??} boleee.., boleee.,

Iya kala itu, saya kecil suka sekali “ngejahilin” kopi bapak. Ketika tiba masanya bapak minum kopi {terutama pagi hari & bakda maghrib}, saya sering sekali mengganggu beliau. Saya senang saja ikut minum kopi langsung dari mug beliau, tanpa segan silu {iyalah.., namanya anak-anak}. Itu justru yang mendekatkan saya pada bapak. Bapak bagi saya lelaki baik, penyayang, bijak & kadang melankolis abis,meskipun terkadang justru orang lain menganggap berbeda. Ya.., itu karena mereka ga ngerti bapak saya yang sesungguhnya, ahhh.., jadi makin rindu bapak,hiks..,

Selain minum kopi “joint” denga bapak, Epi kecil saking sukanya berdiskusi & bermain perahu dayung dengan bapak. Biasanya selepas shalat maghrib, saya selalu mengajak bapak membuatkan perahu dari sarungnya, beliau akan membuat pembatas perahu dari kedua kaki dan tangannya yang kemudian diselubungi kain sarung, dan saya akan masuk seolah-olah penumpang perahu, juga membawa bekalan, boneke-boneka kecil juga buku-buku, kemudian bapak akan menggoncang-goncangkan perahu seumpama ada ombak, saya akan menjerit-jerit bahagia dan histeris karena seolah-olah saya fikirkan perahu saya akan karam..,kalo perahu karam semua muatan tentu akan masuk ke air. Hehehe.., aneh..,bgt.,

Saya juga kerap meminta pendapat dengan bapak, mengenai ceritera bergambar yang baru saya buat, saya sungguh senang kala mampu menceriterakan karya saya pada bapak untuk kemudian bapak komentari & beri penilaian, itu satu motivasi buat saya.

Pernah suatu saat, saya kecil bertanya “Bapak, rasanya Epi gam au lah, jadi lebih besar dari hari ini. Epi uda cukup bahagia sekali dengan menjadi anak-anak sekian. Semua keinginan akan dipenuhi. Waktunya banyak buat bermain. Juga akan terus ditunggui oleh orang tua & disayangi mereka. Epi membayangkan pasti setelah beranjak lebih dewasa, orang akan semakin kehilangan ‘kebahagiaan’ seperti masa kecil. Iya kan ,Pak??” Tanya saya antusias.

Bapak tersenyum, dilanjutkan menghisap rokoknya dalam.., lalu membuat bentuk asap rokok dari mulut beliau seperi “donat putih”, {saya suka menyuruh bapak membuatkan itu untuk saya}. “Nduk, semua orang tentu akan mengalami, bayi----anak-anak-remaja-dewasa-kemudian tua & meninggal, itu hakikat yang tak bisa dielak, nak” jawab Bapak

“Tapi, apakah orang akan selalu merasa bahagia meskipun dia telah beranjak dewasa??” tanyaku lagi penuh kuriosita yang tak terbendungkan.

“Tentu.., tentu, nak ku.., seorang bayi yang masih hanya bisa meminum asi ibu, dia tidak akan bahagia dan berhenti menangis kalau saja diberi padanya uang yang banyak, karena masa itu bayi blm mengenal uang, yang dia perlu untuk bahagia adalah “asi” tadi. Kalau anak-anak.., iya seperti Epi sekarang, Epi akan bahagia jika banyak masa untuk bermain bersama kawan-kawan.., Epi tak akan bahagia bila disuruh bekerja, karena masa ini yang Epi tahu adalah bermain dengan kawan, nah., pun begitu saat beranjak dewasa, Epi akan mulai tidak bahagia dengan bermain boneka, mungkin justru malu, Epi mungkin akan lebih tertarik dan bahagia bila memiliki kawan, “lawan jenis” mungkin, karena masa itu konon Epi sedang mencari jati diri. Beda lagi saat dewasa nanti, Epi sudah mulai tidak bahagia dengan hanya berkawan dengan ini & itu, namun.., sudah mulai memikirkan untuk hidup mandiri, memiliki keluarga, pekerjaan & prinsip hidup sendiri, kala itu.., itulah yang akan menjadi kebahagiaan Epi bila mampu mewujudkannya. Lain lagi saat makin tua, Epi justru akan lebih bahagia bila disayangi & diperhatikan oleh anak-anak & cucu. Begitulah.., nak Allah telah dan akan tetap memberikan kebahagiaan buat umatnya, Insya Allah.., “ jawab bapak panjang lebar.

Saya kecil merenung, membenarkan beberapa persen untuk pendapat bapak, tapi saya masih lagi penasaran, “Pak, jadi kenapa kalau setiap orang akan dilingkupi selalu dengan kebahagiaan, namun masih ada orang yang setres, kemudian gila dan bunuh diri, apak mereka juga bahagia??”

Bapak tersenyum kembali, kali itu dilanjutkan dengan meminum kopi sedikit, “EEmmm.., bagahia itu hanya akan dimiliki oleh orang-orang yang merasa “cukup” meskipun dengan keterbatasan, kerena hakikatnya hidup itu memanglah keterbatasan itu sendiri yang wajib disyukuri. Mungkin orang yang gila kemudian bunuh diri itu kurang bersyukur denagn hidupnya, kurang berlapang dada dan selalu melihat ke atas, wallahu a’lam.., Yang wajib diingat ialah nak, hidup di dunia hanya sekali, hari inipun akan jadi sejarah di esok pagi, jangan siakan waktu untuk sekedar tidak bahagia, Intinya bahagia itu muncul dari jiwa yang membahagiakan & menciptakan bahagia itu sendiri, bukan pada jiwa yang mencari kebahagiaan.., “ tutup Bapak..,

Saya terus bertanya-tanya tentang hakikat kebahagiaan, dan hari ini saya tahu bahwa bahagia sesungguhnya adalah seperti apa kata Bapak saya, “kesyukuran”.

***

Masa itu, saat PUBA (Pengajian Bulanan) di Asy-Syahiddin bersama Umi Rina kalo tidak silap, satu ceramah yang sederhana yang selalu membekas di hati saya adalah “Jangan mencari kebahagiaan di sana, di luar sana yang jauh dari kita yang hanya dapat kita bayangkan. Namun, di mana kebahagiaan kita sesungguhnya?? Ya di sini ini, ya saat kita menjadi apapun ini, asal masih di jalan Allah SWT, Insya Allah adalah kebahagiann yang barokah.”

Jujur saya, waktu itu saya pengen sekali mengomplain kata-kata beliau, rasanya kurang pas  ukhti.., atas tauziyahnya itu dulu. Dua opini telah saya gabungkan {antara Bapak & ustadzah} & akan menjadi semangat buat saya. Insya Allah.., amin..,

***

Masih tentang bahagia. Sedikit pengalaman, waktu itu saya kebetulan berkesempatan mengikuti seminar entrepreneurship di salah sebuah Hotel di bilangan Kuala Lumpur bersama kawan-kawan yang dipandu oleh Pak Miming, konon beliau adalah entrepreneur yang hanya tamatan S3 alaias (SD, SMP & SMA), hehehe.., tapi beruntung pada klimaksnya beliau mampu menadi jutawan, pemilik Primagama Yogya, juga beberapa ShowRoom, kostan, dll usaha yang benar-benar menghasilkan keuntungan. Intinya beliau adalah seorang yang ulet, hingga mampu menjadi trainer entrepreneur bersama Entrepreneur University, yang justru juniornya adalah para mahasiswa dan usahawan juga.

Apa yang diceritakan oleh orang sukses (materi) seperti Pak Miming?? Tentu saya “perjalanan” samapai denag berada di puncak seperti itu. Dulu….., bla.., bla.., bla.., dan pada intinya “bahagiakan jiwa”, meskipun kita tidak punya ini sementara perlu ini, cari alternative lain yang boleh menjadi pengganti & tidak kalah kulitinya, jangan mau disusahkan dengan kekurangan. Jangan jadikan kekurangan sebagai media penggagal, tapi “tiada rotan akar pun jadi”, ok!!

Hanya yang perlu dikoreksi dari seminar beliau adalah…, beliau bukan golongan tarbiyah, sehingga dari segi bahasa dan pengalaman keislamannya (maaf.., materi bahasannya kurang diarahkan pada hal itu, itu yang membuat saya kurang puas untuk mengendingi ceramah beliau dengan ‘aplous’). Sehingga, dari system entrepreneur yang beliau samapaikan, bukan bertumpu pada syariah dan tujuan Allah SWT, namun masih pada tujuan semu, yakni “harta”.

Maaf sekali lagi, bukan berarti beliau salah, mungkin beliau ingin lebih mengedepankan orang umum (bukan muslim / atau??? Liberal??? Hihihi..,) wallahu a’lam.., kewajiban kita hanya memfilter ilmu yang baik, mari kita masukkan ke dalam bejana kita kawan..,

***

Dan hari ini…., siapkah Anda.., menggapai “BAHAGIA HAKIKI”????

Mari melangkah bersama, Lillahi ta’ala

Semoga setiap jengkal langkah & hela nafas dibarokahi Allah SWT, amin..,


E_Ponk ^_*




Tidak ada komentar:

Posting Komentar